Monday, October 24, 2011

Kisah Tauladan Saiditina Fatimah dan Anaknya Husin

Wajah teduhnya bercahaya,


Bekas air wudu' seakan tak kering dari kulitnya'


Matanya menunduk penuh kerendahan-hati,


seorang hamba Tuhan yang sempurna,


Bibirnya bergerak terus melantunkan zikir.


Dia tetap bekerja layaknya perempuan biasa.


Tak pedulikan nasab mulianya.Bilal menitikkan airmata memandang putri Nabi satu-satunya itu, Bilal menawarkan tenaganya untuk membantunya.


Senyum perempuan suci itu mengembang indah.


“Tak perlu, Bilal, ini tak seberat menggiling gandum.”


Puteranya, Husain kecil terus mengikutinya dari belakang. Tak lepas pandangannya memandang bonda yang tercinta. Sesekali, Fatimah menoleh ke putera tercintanya,“Hai pahlawan!” seru Fatimah lembut.


“Hai bondaku kesayangan atuk!” balasnya. Dibelainya rambut puteranya, dikecup keningnya,Tanpa sedar terasa airmata Fatimah menitis di wajah Husain kecil, Husain kecil terkejut, sambil mengusap airmata suci itu“Mengapa bonda menangis?”Fatimah berhadap-menatap dengan puteranya yang masih melihat genangan airmata mengambang di pelupuk mata bondanya.


“Suatu waktu kita kan berpisah, anakku…”


“Mati? Bukankah itu hal biasa, Bonda?”


“Kematian seorang pahlawan sepertimu tak mungkin biasa, anakku..”


“Bukankah kerananya aku masuk surga, Bonda?”


“Tentu, anakku..”


“Bukankah kematian seorang pahlawan di medan perang sangat mulia, Bonda?”


“Tentu, anakku…” Fatimah menunduk menahan tangisnya.


“Tapi, kenapa Bonda masih bersedih?”


“Seorang pahlawan sepertimu berbeza, anakku…”


“Apa bezanya?”


“Engkau seorang pahlawan yang berjuang ketika kerosakan moral sudah sedemikian kritis, tapi penyokong sejatimu hanya sedikit, malah engkau dikhianati sebahagian pengikutmu…inilah yang menyedihkan penduduk bumi dan langit.”


“Malaikat?”


“Ya”


“Mangapa mereka tidak menolongku, Bonda?”


“Engkau yang telah dewasa kelak kan menolak bantuan mereka, seraya berkata: “Wahai para malaikat mulia, ini adalah perjuanganku, perjuangan manusia dan kemanusiaan, bukan perjuangan kalian para malaikat…Hebat bukan, apa yang engkau ucapkan kepada mereka?” "Fatimah semakin tersedu.Husain kecil mengangguk seolah mengerti apa yang diucapkan Bondanya.Fatimah memeluknya.Tangisnya tumpah ruah, Husain kecil mempererat pelukannya.

Salamun ‘alayka ya Husain…Salamun ‘alayka ya Fatimatuz Zahra Salamun ‘alaykum ya Ahlal Baytar Rasulullah…Isyfa’ lanaa ya habibinaa…

No comments: